FT Unusida dan Kemendikbudristek Beri Bantuan UKM Terdampak Covid-19

Sebagai upaya membantu pemulihan ekonomi masyarakat terdampak pandemi Covid-19 dosen Fakultas Teknik (FT) Universitas NU Sidoarjo (Unusida) melakukan beberapa kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas) di Dusun Karangbangkal, Desa Karangrejo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.

Di antara kegiatannya berupa pengadaan alat-alat produksi seperti mesin plong sandal, mesin matres, dan mesin blandes. Tak hanya itu, tim pengmas juga menggelar pelatihan desain dan foto produk.

Ketua tim Zahrotul Azizah menjelaskan, tujuan kegiatan yang juga merupakan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) itu adalah untuk meningkatkan produksi sandal spon. Selain itu, juga akan membantu meningkatkan geliat pasar masyarakat setempat.

“Selama ini, kegiatan UKM di sini belum mempunyai desain sandal sendiri. Kita mencoba membantu dengan memberikan alat-alat produksi serta membuatkan desain sandal yang lebih menarik, simple, elegan, dan diminati pasar saat ini,” tutur Azizah.

Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pada Selasa 3 Agustus 2021 lalu juga mengundang fotografer asal Surabaya Yayan Zanuar. Ia mengajarkan teknik pengambilan foto produk yang manarik dengan smartphone, tanpa kamera DLSR.

Zahrotul Azizah berharap dengan adanya materi itu dapat meningkatkan kembali produksi sandal limbah spon ini seperti sebelum masa pandemi yang sempat menembus pasar nasional.

“Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan pelaku UKM untuk pemasaran online, foto produk yang menarik akan sangat berpengaruh dalam menarik minat konsumen dan permintaan pasar online yang lebih luas tentunya,” jelas dosen Teknik itu.

Ketua UKM Aldiva Tatik Farikha mengaku, semenjak adanya pandemi produksi sandal menurun drastis karena tidak adanya permintaan pasar maupun event yang biasanya diikuti. Hal ini tentu berdampak pada ekonomi masyarakat di Karangbangkal yang mayoritas merupakan pengerajin sandal.

“Berkat tim dari Unusida, yang banyak menyumbang alat-alat produksi serta memberikan pelatihan untuk berinovasi dalam produksi dan pemasaran sehingga roda ekonomi kita di sini bisa bangkit lagi, kami berterima kasih kepada tim yang membantu UKM yang terdampak pandemi,” ungkap Tatik Farikha.

Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama Unusida dengan Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dirjen Dikti – Kemendikbudristek) tahun 2021. Kerja sama itu berupa hibah Program Kemitraan Masyarakat (PKM).

Dengan mengangkat judul PKM Peningkatan Kualitas Produk dan Manajemen Pemasaran Pengrajin Sandal Spon di Desa Karangrejo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan Berbasis Digital Marketing E-Commerce diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk dan manajemen pemasaran di kampung sandal tersebut.

Dekan Fakultas Teknik Unusida, Luqman Hakim mengapresiasi atas keberhasilan dosen-dosen dalam penerapan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Sebelumnya, tim Unusida berhasil lolos seleksi sehingga mendapatkan pendanaan program. Tim itu diketuai oleh Zahrotul Azizah dari Teknik Kimia, Listin Fitrianah dari Teknik Lingkungan, serta Agus Rachmad Purnama dari Teknik Industri.

Menurutnya, keberhasilan itu merupakan wujud nyata kontribusi keilmuan para dosen di Fakultas Teknik Unusida kepada masyarakat. Ia berharap hal ini terus dikembangkan dan menjadi motivasi dosen dan mahasiswa Unusida yang lain untuk mencapai prestasi serupa.

“Saya sangat bangga dengan prestasi teman-teman dosen fakultas teknik. Selamat dan sukses bagi para penerima hibah penelitian dan pengabdian masyarakat, semoga bermanfaat, jayalah Unusida,” pungkasnya. (Mat)

Peringati Harlah 7, Unusida Gelar Bhaksos

Dalam rangka memperingati 7 tahun Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), civitas akademika menggelar bakti sosial (baksos) di Pondok Pesantren Roudhotul Jannah Millinium Tenggulunan, Candi pada Ahad 4 Juli 2021.

Kegiatan Baksos kali ini bersinergi dengan berbagai lembaga termasuk dari Pengurus Cabang (PC) Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), Jaringan Pengelolaan Zakat Infaq Sedekah (JPZIS) Universitas NU Sidoajo, Pengasuh Ponpes Millenium dan beberapa elemen yang turut mensukseskan acara tersebut.

Dekan Fakultas Ilmu Komputer Sonhaji Arif yang juga turut serta dalam kegiatan mengatakan, agenda bhaksos tersebut merupakan kegiatan rutin yang selalu dilaksanakan oleh Unusida. Selain itu, menjadi wujud pembuktian kepada masyarakat bahwa Unusida selain berkontribusi keilmuan juga sosial.

“Kita meyakinkan Masyarakat bahwa kampus Unusida ini ada, bukan hanya mengajarkan kebaikan dalam akademik saja melainkan non akademik seperti Baksos ini,” jelas Sonhaji.

Lebih jauh pihaknya menjelaskan dalam kegiatan ini Unusida juga memberikan berbagai bentuk bantuan baik tunai maupun non tunai seperti peralatan belajar dan berbagai macam sembako, bagi Ponpes ini yang basisnya membantu para anak yatim piatu dan kaum dluafa.

“Kita tergerak secara hati sehingga kita dan berbagai lembaga untuk mensukseskan kegiatan yang mulia ini,” tegas Sonhaji.

Selain itu, Lukman Hakim perwakilan PC Lazisnu Sidoarjo mengungkapkan kedepan Unusida bisa lebih maju, manfaat dan berkah bagi sarjanawan/wati dari kampus yang berbasis Aswaja An nahdliyah.

“Bertambahnya usia Unusida ssmoga seluruh mahasiswa tetap cinta NKRI dan berkhidmat kepada NU dimanapun berada,” harapnya. (Mad)

Butuh Ikon Fakultas, FE Gelar Pemilihan Duta Mahasiswa

Citra sebuah kampus salah satunya ditentukan oleh kiprah mahasiswanya. Merekalah yang langsung menunjukkan kepada publik sebagai perwakilan perguruan tinggi.

Sadar dengan tanggung jawab tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) melaksanakan pemilihan Duta Fakultas Ekonomi. Kegiatan dipusatkan di aula Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Pucang, Kabupaten Sidoarjo, pada Ahad (27/06/2021).

Gubernur Mahasiswa FE Windi Wulandari menjelaskan, kegiatan itu bertujuan untuk kaderisasi dan regenerasi di fakultas ekonomi. Agar lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan zaman. “Kegiatan ini untuk masa depan FE yang lebih baik,” Jelasnya.

Ia menambahkan, agenda yang mengusung tema Best Future Economic Generation ini juga sebagai salah satu media penyaringan mahasiswa. Selain itu, output yang diharapkan dari duta tidak hanya menjadi ikon mahasiswa tetapi juga sebagai panutan.

Dirinya berpesan kepada seluruh peserta untuk tetap semangat untuk menunjukkan performa terbaik. Demikian pula seluruh yang ikut seleksi hendaknya tidak kecewa lantaran gagal terpilih sebagai duta fakultas.

Dekan Fakultas Ekonomi Unusida Zulifah Chikmawati berpesan, mahasiswa harus tetap mengembangkan potensi yang dimiliki. Juga tetap upgrading intelegensinya demi menyongsong masa depan, serta tetap semangat dalam berkreativitas.

“Siapapun yang menjadi duta nantinya dapat membawa nama baik fakultas ekonomi sehingga jumlah mahasiswa baru akan meningkat,” pesannya.

Ajang ini diikuti puluhan peserta dari perwakilan kelas manajemen dan akuntansi angkatan 2019 sampai 2020. Tampak hadir Kepala Bidang Pelatihan Kerja dan Produktivitas, Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Sidoarjo yakni Choirul Anam. Bergabung pula finalis Yuk Muslimah Jawa Timur, Anisa Tsabitah Dyah, serta dosen fakultas setempat.

Mahasiswa dan Alumni Unusida Lulus Ujian Penulis dan Editor

Empat orang perwakilan Universitas NU Sidoarjo (UNUSIDA) yakni Nur Asitah, Mega Firdaus, Nur Afia, dan Nuzula Firdausi pada 12 Juni 2021 lalu telah dinyatakan sebagai penulis profesional buku non fiksi.

Hal itu didasarkan pada ujian kelulusan yang digelar oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Penulis dan Editor Profesional (LSP PEP) dan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) Nasional yang dilakasanakan di UNISMA Malang.

Kegiatan yang diprakarsai oleh UNISMA Press dan dilakukan secara daring itu menyatakan bahwa penulis dari Unusida telah lulus ujian tulis, tes wawancara, dan portofolio karya buku non fiksi yang telah mereka miliki.

Menurut Rektor Unusida Dr. Fatkul Anam, 3 dari 4 perwakilan Unusida itu masih berstatus mahasiswa dan yang satunya lagi merupakan alumni. “Sepertinya hanya Mega, Fia, dan Nuzula peserta yang masih berstatus mahasiswa S1 yang ikut ujian itu,” katnya.

Keikutsertaan mereka bertiga mengikuti ujian juga mendapat apresiasi dari Dr. Wahyu Hidayat Riyanto, salah satu asesor yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang. Secara pribadi ia menyatakan siap menerima dan menerbitkan karya-karya asesi dari Unusida.

Hal senada juga disampaikan oleh ketua panitia yang sekaligus menjabat sebagai ketua UNISMA Press Dr. Hayat. Pasalnya, asesi dari Unusida masih tergolong usia muda dan pernah berpretasi.

Reaktualisasi Mabadi Nashrillah, Agar Hari Raya Lebih Bermakna

[vc_row][vc_column][vc_column_text]Drs. H. Khoifulloh, Wakil Rektor 2 Unusida

Kita patut bahkan wajib bersyukur atas banyak hal terutama suasana damai dan aman saat melaksanakan ibadah puasa hingga merayakan idul fitri tahun ini. Selama bulan Ramadan umat Islam terlihat bersemangat tinggi menyemarakkan bulan suci dengan beragam ibadah dengan tetap memperhatikan protkol kesehatan terkait pandemi. Semoga Allah SWT berkenan menerima semua amal ibadah kita terutama selama bulan Ramadan.

Fenomena di penghujung bulan Ramadan, kaum muslimin menyiapkan datangnya Idul Fitri. Idul Fitri di anggap sebagai hari suka cita, hari semarak siar Islam, hari silaturahmi dengan beragam bentuk ekspresi pendukungnya antara lain : baju baru, ragam kuliner, jajanan meja dan sebagainya. Kesan Gebyar, semarak, meriah, dan suka cita melekat pada perayaan Idul Fitri. Masjid, musholla, sarana umum, pusat belanja bahkan acara televisi juga medsos penuh dengan aksesoris hiasan symbol gebyar dan kesuka citaan Idul Fitri. Banyak kaum muslimin tidak memperbarui cat rumah kecuali menjelang Idul Fitri semua sekali lagi menunjukkan kesan gebyar, semarak, meriah dan suka cita.

Fenomena seperti ini membutuhkan dukungan finansial yang melahirkan budaya atau kebijakan THR bagi karyawan di instansi atau perusahaan. Termasuk yang juga menarik perhatian adalah tradisi mudik yang karena masih suasana pandemi, tahun ini harus dilakukan dengan banyak aturan pembatasan atau secara virtual.

Gebyar, semarak, meriah dan suka cita adalah ekspresi lahiriyah yang wajar bahkan ada pembenar dari ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar hari raya Idul Fitri di semarakkan dengan lantunan takbir, tahmid dan tasbih. Beliau juga memerintahkan agar seluruh umat Islam pria wanita bahkan yang haid, nifas, wanita pingitan untuk diajak hadir di lapangan atau halaman masjid lokasi sholat Id guna menambah syiar idul fitri.

Beliau juga mendorong dan mencontohkan silaturahmi dan saling memaafkan saat idul fitri. Aspek lahiriah ini harus diimbangi dan disempurnakan dengan aspek bathin dan nuansa rohani (Transenden) agar tidak salah arah dan lebih bermakna.

              Idul Fitri kalau kita maknai secara harfiah berarti kembali kepada fitrah, kesucian diri sebagai insan yang di ciptakan Allah dengan bentuk dan takaran yang paling baik (Ahsani Taqwim) dhohir dan bathin. Menurut Syeikh Mustofa Mas’ud Al-Haqqany, bahwa esensi tugas Nabi Muhammad menyampaikan risalah agama Islam adalah menjaga manusia yang lahir dalam keadaan fitrah agar kembali menghadap Allah SWT juga dalam keadaan fitrah. Jangan sampai terperosok menjadi golongan hina terendah (asfala safilin) akibat menuruti nafsu dan ajakan setan. Idul Fitri adalah momen kembalinya fitrah manusia sebagai manusia suci seperti saat dilahirkan (ka yaumin waladathu ummuhu). Pada titik ini maka sikap batin yang tepat adalah mempertebal rasa syukur ke hadlirat Allah SWT diiringi sikap hati mengagungkan dan mensucikan Allah SWT. Takbiran sebagai ekspresi lahiriah haruslah dibarengi dengan rasa syukur mendalam, mengagungkan dan mensucikan Allah SWT dengan sepenuh hati. Syukur atas anugrah Idul Fitri dibarengi komitmen untuk mempertahankannya.

Sementara gerakan silaturahmi dan saling memaafkan hingga muncul tradisi khas nusantara yakni halal bi halal dan mudik adalah sesuatu yang baik dan perlu dilestarikan dan ditingkatkan kualitas transendensinya. Dalil keutamaan silaturahmi dan saling memaafkan sudah popular baik dari Al-Qur’an maupun Hadist Nabi Muhammad SAW. Bentuk ekspresinya berupa mudik atau halal bi halal adalah kreasi cerdas ulama nusantara.

Agar makin bermakna silaturahmi perlu dibarengi dengan semangat nilai Mabadi Nasrilah yakni 3 pondasi meraih pertolongan Allah SWT. Gerakan yang dicetuskan oleh KH Abdul Wachid Hasyim saat menghadapi tekanan penjajah Jepang yang membekukan Jamiyah NU serta memenjarakan para Kyai termasuk Hadratusy Syeikh Hasyim Asyari. Gerakan Mabadi Nasrilah ini masih relevan bahkan penting agar silaturahmi tidak berhenti pada tegur sapa, basa-basi, berbagi resep kuliner dan bahas jajanan lebaran tapi juga menjadi solusi ditengah kondisi masyarakat, bangsa dan bahkan dunia yang dihimpit banyak masalah.

Mulai serangan Covid-19, serbuan budaya gadget dengan beragam muatan negatifnya seperti pornografi, game online, medsos yang tidak sehat dan lain-lain. Efek pandemic yang memukul dunia pendidikan, ekonomi dan sector lainnya adalah beberapa masalah nyata ditengah kita. Jangan sampai sukacita, semarak dan syiar Idul Fitri justru mendorong kita untuk abai.

Berikut ini tiga pondasi Mabadi Nasrilah. Pertama, Tazawaru Baduhum Bado saling mengunjungi bertemu fisik sebisa mungkin atau virtual karena kendala pandemi.

Kedua, Tawasau bil haq wa tawasau bishobri berbagi agenda berbagi inspirasi berbasis informasi yang benar dan dilakukan dengan kesabaran. Dalam setiap pertemuan silaturahmi lakukan dialog pembicaraan konstruktif. Hindari sebisa mungkin pembicaraan negatif antara lain : ujaran kebencian, berita hoax, cerita jorok dan ngelantur. Bukan hanya karena menghabiskan waktu tapi juga menghabiskan pahala ibadah dan menghalangi turunnya pertolongan Allah SWT untuk mengatasi beragam persoalan dan juga mencapai target cita-cita mulia. Termasuk didalamnya cita-cita mulia Unusida mencerdaskan SDM Indonesia berbasis nilai Ahlussunnah wal Jamaah.

              Ketiga, Taqarub Ilallah selalu menggerakkan hati mendekat kepada Allah SWT lewat dzikir, fikir, doa dan amal shaleh. Para Kiai kita selalu mengajak kita doa dan dzikir di sela pertemuan silaturahmi. Hal ini juga perlu kita tiru praktekkan dalam setiap kesempatan silaturahmi. Dengan demikian kemeriahan, sukacita dan syiar idul fitri benar-benar bermakna bahkan melahirkan solusi bagi persoalan yang ada serta menjadi jalan kesuksesan agenda dan cita-cita mulia kita.

             Taqabbalallahu minna wa minkum, semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.

              Minal Aidzin wal Faizin kulla amin kunna wa antum bi khoir, Semoga Allah menjadikan kita golongan insan yang kembali fitri dan beruntung bahagia dunia akherat sepanjang tahun dalam keadaan terbaik.

              Amin Yaa ilaahal ‘alamin

              Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H, Mohon maaf lahir bathin.

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]

Unusida Diharapkan jadi Solusi Kurangi Kemiskinan di Sidoarjo

Sebagai kampus baru, tidak menjadi halangan untuk tetap bisa bersinergi dan menjaga hubungan terhadap dinas kepemerintahan. Bahkan lembaga untuk bersama meningkatkan kualitas mahasiswa dan pendidikan khsususnya mahasiswa Univerditas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida).

Tujuan tersebut menjadi langkah awal Fakultas Ekonomi (FE) Unusida untuk melakukan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dinas Pemerintah daerah dan lembaga Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama (NU) di Kampus 2 Unusida Lingkar Timur, Rangkah Kidul, Sidoarjo.

“Saya mengucapkan banyak terimakasih atas kehadiran dari berbagai pihak atas kesepakatan perjanjian bersama ini,“ beber Dekan FE Unusida, Zulifah Chikmawati. Jumat, (19/3/2021).

Dekan FE Unusida juga menjelaskan bahwa, total mahasiswa di fakultasnya sebanyak 528. Persentasenya 70% adalah pekerja dan 30% merupakan mahasiswa murni atau bukan pekerja. Bagi mahasiswa yang murni dari 30% tersebut dididik pada pertengahan semester untuk menjadi mahasiswa.

“Ke depan, kita mempersiapakan mahasiswa dalam memberikan lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Sidoarjo,” lugasnya.

Pihaknya juga sangat berharap, untuk bisa disupport program yang ada di Fakultas Ekonomi, dan mendukung penuh atas kegiatan dan program FE Unusida.

Pada kesempatan MoU kali ini, hadir pula Rektor Unusida, Fatkhul Anam, Sekda Sidoarjo, Ach Zaini, dan 3 Kepala Dinas di Pemkab Sidoarjo (Dinas Ketenagakerjaan, Dinas Sosial, Dinas Penanaman Modal dan PTSP), Lazisnu Sidoarjo, dan Fatayat NU Sidoarjo.

Selain itu, Rektor Unusida juga menyampaikan, program kerjasama ini merupakan tindaklanjut MoU pihak Universitas dengan Bupati Sidoarjo, untuk serangkaian kerjasama dari dinas pemerintah dan lembaga NU hari ini memberikan dukungan luar biasa.

“Kita harus berjuang bersama, karena mahasiswa Unusida memiliki latar belakang yang berbeda-beda, bahkan menengah ke bawah,” beber Fatkhul Anam di depan tamu undangan.

Lebih jauh Sekda Ach Zaini menjelaskan, untuk terkait dengan MoU ini, sudah pernah dilakukan pada tahun 2019 dan ditindaklanjuti dengan Program Kerjasama (PKS).

Hal ini sebenarnya sudah tercover dalam Visi Misi Bupati yang kemaren sudah dipaparkan. Sehingga pelaksanaan program ini dilakukan tahun ini, dan masuk dalam 17 program pemerintah saat ini.

“Tanpa kerjasama Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) akan mengalami banyak hambatan, dengan program ini, harapan menjadi ujung tombak dalam pertumbuhan ekonomi, dan memiliki peluang besar dalam bidang ekonomi di Sidoarjo,” tegasnya.

Pengabdian perguruan untuk ke masyarakat melalui pendidikan yang didapat di bangku perkuliahan diharapkan bisa dirasakan masyarakat. Mari dikembangakan wirausaha baru di Sidoarjo, teman-teman mahasiswa dari basicnya perlu digali, dan adanya pengelompokkan minatnya.

“Dukungan di sekitar sudah bagus, mudah-mudahan ini tidak pertama dan terakhir, dan ditindaklanjuti,” sambung Sekda Sidoarjo itu. (radarbangsa.co.id)

Penerimaan Dosen Tetap di Lingkungan Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo membuka formasi Dosen untuk pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Dosen dan pembukaan program studi baru.
Silakan unduh berkas di sini.

Jelang AN, FKIP Unusida Bekali Guru-Guru Maarif

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar program pengabdian kepada masyarakat berupa Workshop Penyusunan Soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk guru-guru Madrasah Aliyah Maarif se-kabupaten Sidoarjo.

Ketua pelaksana workshop Ana Christanti berharap, hasil kegiatan tersebut yakni untuk meningkatan pemahaman guru tentang Asesmen Nasional (AN) secara komprehensif.  Selain itu, supaya dapat mempersiapkan peserta didik mengahadapi AN.

“Tujuan kegiatan ini yakni untuk membekali guru-guru pengetahuan dan ketrampilan menyusun soal sesuai standar asesmen nasional,” kata Ana.

Acara yang berlangsung mulai Senin, 15 hingga 17 Februari 2021 tersebut juga jadi bagian dari pelaksanaan program merdeka belajar Unusida. Sebanyak 120 peserta dari 40 madrasah ikut dalam kegiatan itu.

Sementara, Rektor Unusida Fatkul Anam menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk dukungan kampus yang dilaksanakan oleh FKIP untuk meningkatkan kompetensi pedagogi dan kepribadian. “Antusias peserta sangat baik dengan materi serta hasil workshop yang dibawa kembali ke sekolah masing-masing,“ jelasnya.

Kegiatan tersebut jadi salah satu wujud implementasi Tri Dharma Pendidikan Tinggi yang dilaksanakan di setiap fakultas di Unusida. Sehingga, setiap tahun ada lebih dari 4 kegiatan berbeda yang dilaksanakan oleh setiap fakultas, yang terdiri dari Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Komputer, dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Selain itu, jadi bagian dari usaha kampus untuk menjelaskan lebih detail Asesmen Kompetensi Minimum dalam AN sebagai penilaian pengganti ujian nasional yang telah dihapus oleh pemerintah.

Harmoni dan Daya Tahan Masyarakat Sidoarjo

Oleh M. Idham Kholiq

“Iki Sidoarjo cak, beda karo daerah liyo” sering mendengar istilah tersebut dalam berbagai perjumpaan. Di forum-forum diskusi maupun di tempat-tempat perbincangan lain seperti warung kopi dan pasar.

Tersirat suatu makna sosiologis atas pernyataan tersebut. Pernyataan yang menggambarkan gambaran sosial yang hendak disampaikan bahwa Sidoarjo itu memiliki karakter sosial yang perlu diterangkan secara sosiologis.

Sidoarjo saat ini memang sedang bergerak cepat menjadi kawasan industri, khususnya menyangkut mobilitas sosial ekonomi. Ribuan perusahaan manufaktur berdiri dan berkembang.

Dari aspek ekonomi, pertumbuhan industri menjadi daya dorong pertumbuhan berbagai pergerakan ekonomi lainnya, seperti kebutuhan perumahan, perdagangan, dan lainnya.

Secara sosial, industrialisasi berdampak pertumbuhan penduduk karena urbanisasi. Pertumbuhan penduduk itu tentu saja secara langsung mempengaruhi kondisi sosial masyarakat Sidoarjo, khususnya tingkat heterogenitas yang makin tinggi.

Di masa lalu, sebelum laju pertumbuhan industri begitu kencang, mata pencaharian masyarakat Sidoarjo relatif terbagi dalam tiga kelompok besar, yakni pertanian, perdagangan, dan  perikanan.

Sektor pertanian lebih banyak berada di wilayah barat Sidoarjo, berada kurang lebih 5 kilometer arah barat dari Jalan Raya. Wilayah itu seperti kecamatan Wonoayu, Tulangan, Krembung, Prambon, Balongbendo, dan Tarik.

Sedangkan wilayah kedua adalah jalur sepanjang jalan raya yang membentang dari Waru hingga Porong. Jalan raya ini merupakan Jalan Deandles yang menghubungkan Anyer Panarukan di jalur Utara Pulau Jawa.

Dibukanya jalur tersebut memang berdampak pada pertumbuhan perdagangan di sekitar jalur, mulai tumbuhnya pasar-pasar tradisional dari Waru hingga Porong. Semuanya rata-rata berada di Jalur Deandles.

Selain pasar, tumbuh industri kecil dan usaha rumahan yang berkembang di masyarakat sekitar jalur dalam radius kurang lebih 5 Kilometer ke barat dan timur jalan. Contohnya, industri rumahan seperti industri sandal di Wedoro, Waru; industri topi di Punggul, Gedangan; industri mainan anak-anak di Candisayang, Candi; dan pengerajin kulit di Kecamatan Tanggulangin.

Wilayah ketiga adalah bagian timur atau pesisir yang berada di wilayah paling timur Sidoarjo mulai dari Waru hingga Porong dan Jabon. Rata-rata masyarakatnya bermata pencaharian dari sektor perikanan, sebagai pencari ikan di laut, petambak, dan industri olahan ikan.

Ketiga masyarakat tersebut tumbuh dengan karakter sosial yang agak berbeda. Di wilayah barat karena sektor pertanian, karakter sosial masyarakatnya relatif lebih terikat oleh norma-norma paguyuban sebagai masyarakat pertanian. Sedangkan masyarakat di jalur jalan raya karena bergerak di sektor perdagangan relatif lebih digerakkan oleh norma-norma tertentu yang mengedepankan perhitungan-perhitungan transaksional. Sementara, karakter masyarakat di timur pesisir Sidoarjo, relatif terbentuk karakter yang keras karena perjuangan melawan kerasnya alam pesisir.

Namun, di antara perbedaan karakter ketiganya, masyarakat Sidoarjo secara keseluruhan di masa itu dikenal sebagai masyarakat yang relatif hidup dengan kemakmuran. Dulu, banyak disebutkan suatu keadaan yang menggambarkan kondisi ini. Warga Sidoarjo suka sekali “marung” dengan gaya pakaian seadanya seperti sarungan, berpeci butut tapi bawa uang banyak.

Sejak industrialisasi masuk ke Sidoarjo sekitar tahun 90an kondisinya relatif berubah. Industrialisasi telah membawa kemunduran ekonomi masyarakat Sidoarjo di tiga kawasan tersebut. Di bagian barat, lahan-lahan pertanian makin menipis karena dijual pemiliknya untuk pabrik dan perumahan. Demikian juga di wilayah timur, sektor perikanan juga mengalami kemunduran, lahan-lahan tambak makin banyak dijual untuk pabrik dan perumahan. Sedangkan di kawasan tengah, laju perdagangan modern juga berdampak meminggirkan pasar-pasar tradisional.

Tetapi catatan pentingnya adalah di dalam penetrasi industrialisasi yang kencang itu hampir tidak terdengar istilah penggerusan terhadap masyarakat Sidoarjo. Sebaliknya masyarakat Sidoarjo tetap bergerak maju bersama-sama industrialisasi.

Inilah yang dalam pandangan saya, disebut sebagai daya tahan sosial, yang manifesnya secara inharen di dalam sistem sosial masyarakat Sidoarjo.

Dalam pandangan Talcott Parsons, situasi ini ada di dalam sistem sosial, yang terdapat dalam empat kategori; (L)atent maintenance-norm, (I)ntegration, (G)oal attainment, dan (A)daptation.

Latent maintenance-norm menjadi daya tahan “budaya” dengan nilai dan norma-norma yang menyebabkan masyarakat Sidoarjo tetap tidak “terpinggirkan” karena penetrasi budaya masyarakat industri. Masyarakat Sidoarjo tetap hidup dalam adat kebiasaannya seperti tradisi unjung-unjung, yasinan, mitoni, selapanan, ziarah kubur, dan lain-lain.

Integration, menjadikan masyarakat mudah “mempertemukan” dirinya dengan masyarakat pendatang, sehingga terhindar dari konflik sosial, seperti pertentangan antara warga asli dan pendatang. Semuanya menyatu menjadi masyarakat Sidoarjo.

Goal attainment menjadi kekuatan bersama untuk mencapai kemajuan. Dalam bidang ekonomi, masyarakat Sidoarjo tidak pernah terpinggirkan secara ekonomi, bahkan ikut maju bersama secara ekonomi.

Kita saksikan bagaimana warga Sidoarjo mengkapitalisasi uang yang mereka peroleh dari penjualan sawah-sawah mereka kepada perusahaan dan perumahan, dikapitalisasi untuk modal usaha baru seperti mendirikan rumah-rumah kost. Mereka juga sangat cermat memanfaatkan halaman rumah mereka untuk mendirikan toko, bengkel, usaha cuci motor, bahkan banyak yang mendirikan bangunan disewakan untuk toko dan warung.

Di daerah barat, seperti Wonoayu, Tulangan, Krembung dan lainnya, beberapa usaha jual beli rongsokan banyak berdiri milik warga setempat. Mereka punya lobi dengan pabrik-pabrik untuk berbisnis pembelian barang-barang yang sudah tidak digunakan di pabrik-pabrik. Bahkan ada yang mendirikan pabrik di belakang rumah mereka untuk pengelolaan barang-barang itu. Semuanya menjadi kekuatan mencapai kemakmuran bersama industrialisasi di Sidoarjo.

Adaptation, menjadi kekuatan individu-individu warga Sidoarjo membaca peluang dan mengantisipasi perubahan-perubahan.

Pendek kata, inilah daya tahan masyarakat Sidoarjo, yang dalam pandangan Parsons selalu menjadi kekuatan yang mengarahkan kepada keseimbangan sosial, yang selalu menciptakan harmoni dalam kehidupan sosial di Sidoarjo.

 

Penulis adalah Kepala Bagian Humas Universitas NU Sidoarjo yang juga Ketua Keluarga Alumni Gajah Mada (Kagama) Sidoarjo

Unusida Raih PTNU Terbaik 2020

Piagam penghargaan yang diterima Unusida dari LPTNU Pusat.

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) meraih peringkat pertama kategori Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama dalam Penghargaan Kampus NU terbaik Nasional tahun 2020.

Penghargaan itu disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Perguruan Tinggi NU se Indonesia di Pekalongan, Rabu (23/12).

Wakil Ketua Lembaga Pendidikan Tinggi NU (LPTNU) Pusat, M Afifi mengumumkan langsung beberapa kategori terbaik penghargaan tersebut kepada peserta rakornas yang hadir secara langsung dan bergabung secara online. Ada sembilan nama perguruan tinggi terbaik, dan Unusida dinobatkan sebagai terbaik pertama tahun 2020.

Menurut Rektor Unusida, Fatkul Anam, peringkat pertama tersebut diambil berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). “Untuk ukuran Perguruan Tinggi baru yang belum genap berusia 10 tahun, prestasi ini luar biasa bagi kami,” cetus Fatkul Anam.

Kata Fatkul Anam, ada 58 perguruan tinggi yang tahun ini mengikuti penilaian di LPTNU. Unusida meraih predikat pertama dalam kategori perguruan tinggi NU Badan Hukum Perkumpulan Nahdlatul Ulama.

Secara nasional, Unusida menduduki peringkat 743 di antara 4.504 seluruh perguruan tinggi se-Indonesia. Jumlah tersebut didasarkan pada berbagai macam penilaian, salah satunya bidang kemahasiswaan.

Tahun 2020 ini, Unusida juga telah mendapatkan program Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa PHP2D dan Program Kreativitas Mahasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan