KH Makki Nasir saat menyampaikan tausiah saat Ngaji Interaktif di Unusida (Foto: Humas Unusida)

Ngaji Interaktif Bersama KH Makki Nasir, Ulas Pentingnya Literasi Syaikhona Kholil Bangkalan

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) menggelar Ngaji Interaktif dalam rangka memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) yang dipusatkan di Masjid KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Komplek Kampus Unusida Lingkar Timur, Sidoarjo, Rabu (31/01/2024).

Kegiatan kali ini diinisiasi oleh Unit Pelaksana Teknis Pengkajian Islam dan Keaswajaan (UPT PIK) Unusida dengan mendatangkan narasumber yang merupakan Dzurriyyah Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Makki Nasir yang juga sebagai ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan.

Dalam tausiahnya, Kiai Makki menjelaskan tentang pentingnya menjaga sanad keilmuan, dalam literasi Syaikhona Kholil. Sebab, ketika seorang santri hanya membaca literatur atau buku sebagai acuan, tanpa memahami literasi. Maka akan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami informasi atau ilmu di dalamnya.

“Oleh karena itu, literasi sangat diperlukan sebagai rujukan untuk memahami isi dan pesan dalam sebuah kitab karya ulama terdahulu agar tidak terjadi kesalahpahaman dan bertolak belakang dengan apa yang diciptakan oleh Allah,” jelasnya.

Banyak sekali karya para ulama yang menggunakan istilah atau simbol kedaerahan tempatnya berdakwah. Sedangkan orang-orang yang membaca simbol atau lafadz dalam buku atau kitab tersebut belum tentu mengerti dengan apa yang disampaikan. Maka hal tersebut menjadi tugas guru dalam mengemasnya sesuai adat di setiap daerah, tanpa mengubah makna yang tersirat di dalamnya.

“Orang yang belajar tanpa guru, maka gurunya adalah setan, kenapa? karena dia hanya membaca simbol (kata), tidak membaca pemikiran pengarangnya. Sehingga menafsirkan sesuai dengan apa yang dibaca, tanpa mengenal pengarangnya,” tuturnya.

Ia menyampaikan dalam memahami bahwa tulisan para ulama terdahulu seperti Syaikhona Kholil yang tersebar ke seluruh santri-santrinya dulu merupakan sebuah warisan ulama yang perlu dijaga, dicari dan dilestarikan. Sehingga pentingnya dalam melakukan digitalisasi sesuai perkembangan zaman agar dapat dinikmati dan pelajaran bagi generasi penerus.

“Kita harus menyadari yang sekarang ini dibutuhkan adalah literasi, tidak hanya literatur. Melalui literasi ini kita memahami apa yang kita baca, informasi apa yang kita baca dan apa yang kita tulis,” ujarnya.

Kiai Makki mengatakan, sebagai santri NU harus senantiasa mengingat dan menyebut guru saat berdoa ataupun ketika hendak menyampaikan ilmunya. Selain menjadi cara dalam menjaga sanad keilmuan, juga merupakan adab seorang santri serta berharap keridloan dan keberkahan dari ilmunya. Dengan begitu akan diberikan kemudahan dalam menyerap dan memahami ilmu yang disampaikan.

“Kita beruntung hari ini kita masih dapat nyambung dengan berkirim doa kepada para Waliyullah. Meskipun jasadnya sudah terkubur di bumi, tapi kita masih tersambung melalui ilmunya,” katanya.

Ia menuturkan, mukjizat yang diturunkan oleh Allah pertama kali adalah pemahaman kata. Karena kata adalah simbol yang terkonsep dalam pikiran dan orang bertindak berawal dari pikiran.

Kata merupakan hal yang muncul secara genetik, bukan hasil dari sains ataupun sebuah penelitian. Oleh karena itu, terdapat istilah budi bahasa, kekuatan bahasa, serta kekuatan kata.

“Karena dengan pemahaman kata pasti juga paham akan tindakannya. Ketika genetiknya bagus, maka yang keluar adalah kata-kata yang bagus. Seperti contoh seorang ilmuwan atau ulama di pesantren, maka isi pikiranya akan dituangkan melalui simbol kata-kata yang terangkai kemudian disusun menjadi sebuah buku maupun kitab, itu yang dinamakan takrib,” terangnya.

Kiai Makki menceritakan bahwa Syaikhona Kholil merupakan seorang ulama yang cerdas. Beliau mampu dengan mudah memahami apa yang di pelajari yang kemudian menghasilkan sebuah langkah besar. Seperti membuat menyusun konsep dalam mendidik santri-santrinya hingga menjadi ulama besar yang mendobrak dunia. Ia mengasah pendidikan dengan sistem memanusiakan manusia yang disesuaikan dengan bakat potensi dan karakternya.

Syaikhona Kholil memang tidak menjadi bagian dari muassis (pendiri) NU. Akan tetapi peranya dalam pendirian NU sangat penting sebagai konseptor berdirinya organisasi Islam terbesar saat ini.

“Mari belajar dan berburu dari literasi Syaikhona Kholil tentang bagaimana beliau mampu membangun tatanan sosial kemasyarakatan, pergerakan terorganisir yang begitu hebat, baik secara ulama dan umara dalam menjadikan negara yang kuat,” pungkasnya.

Simak video lengkap ngaji interaktif bersama KH Makki Nasir di Unusida TV

(my)