Kartini Terinspirasi Albaqarah: 257

Kebanyakan kita mengenal RA. Kartini sebagai bagian kaum ningrat Jawa. Menarik untuk menelisik perjuangannya melalui ungkapan “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan judul buku terjemahan dari buku kumpulan tulisan RA Kartini Door Duisternis Toot Licht  oleh Armin Pane.

Terjemah harfiyah mestinya “Melalui Gelap Menuju Cahaya”. Kata-kata ini memiliki asbabulwurud yang bisa dilacak dari perjalanan intelektual dan spiritual RA Kartini.

Menurut penuturan Bu Nyai Fadlilah Sholeh yang merupakan Cucu dari Kiai Sholeh Darat Semarang, RA. Kartini merupakan murid Kiai Sholeh Darat. Kiai Sholeh Darat sendiri merupakan guru dari Hadlratus Syeikh Hasyim Asyari, KH A. Dahlan dan beberapa ulama nusantara terkemuka.

Diceritakan masa itu agama Islam di lingkup istana hanya diajarkan baca dan hafalan Alquran tanpa pemaknaan. Belanda melarang penerjemahan Alquran. Kuatir umat Islam bangkit.

RA Kartini galau. Ingin mengerti agama, tapi hanya diajari hafalan dan bacaan tanpa makna. Takdir mempertemukan RA Kartini dengan Kyai Sholeh Darat ketika mengisi pengajian di rumah Adipati Demak Pangeran Ario Diningrat, paman RA. Kartini.

Uraian makna surat Alfatihah saat pengajian memukau RA. Kartini. Hasrat tinggi muncul untuk memahami makna surat lainnya. Diantar sang paman, RA. Kartini sowan Kiai dan mohon agar berkenan menerjemahkan Alquran keseluruhan.

Permohonan disanggupi di bawah ancaman larangan Belanda. Kiai Sholeh Darat mulai menulis terjemah Alquran dalam bentuk Pegon (huruf hijaiyah berbunyi Jawa). Jadilah kitab Faidhur Rohman. Kitab terjemah Alquran dalam bahasa jawa pertama di Nusantara.

Kitab ini dihadiahkan Kiai Sholeh Darat kepada RA. Kartini ketika menikah dengan RM. Joyoningrat Bupati Rembang. RA. Kartini sangat bahagia menerima hadiah ini dan mengatakan:

Selama ini Al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya. Romo Kiai Sholeh Darat telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya mengerti.

Kitab Faidhurrohman hanya sampai surat ke-14 (Surat Ibrohim). Kiai Sholeh Darat keburu dipanggil Allah SWT. Melalui terjemahan Kiai Sholeh Darat itulah RA. Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya yaitu:

Orang-orang beriman dibimbing Allah dari gelap menuju cahaya (Q.S. Albaqarah : 257)

Dari sinilah ungkapan Door Duisternis Toot Licht muncul.

RA. Kartini banyak belajar dari Kiai Sholeh tentang kungkungan penjajah Belanda hingga muncul sikap minder (inferioritas) dikalangan pribumi. Makin mantap semangat melangkah mengubah tatanan social kaum perempuan dan bangsa secara keseluruhan. Kesadaran melangkah dari inspirasi Alquran hasil didikan Kiai. Itulah ciri seorang Santri Sejati.

Selamat Hari Kartini 2020. Mulialah Perempuan Indonesia. Makmur sejahteralah Bangsa Indonesia. Amin.