Selamat Hari Santri dan Mahasantri

Shinta Novitasari

Mendapati makna Hari Santri tahun ini yakni Santri Siaga Jiwa Raga sempat terbesit kebingungan dalam pikiran. Pasalnya, tema itu lebih cocok digunakan untuk suasana atau kondisi peperangan atau kegentingan.

Namun, usai membaca makna sebenarnya yang dilansir dari berbagai pemberitaan ternyata tidak seperti yang saya perkirakan. Ada makna mendalam yang disematkan kepada santri dari tema tersebut.

Dari prespektif perguruan tinggi NU yang mahasiswanya dianalogikan sebagai mahasantri diperlukan penegasan paradigma, karena mahasantri dituntut tidak hanya akhlak mulia tetapi juga ada tuntutan berfikir ilmiah, logis, dan mengedepankan proses pembuktian yang masuk akal berupa riset.

Mahasantri dari pondok pesantren salaf yang belum sempat melakukan penelitian, butuh effort serius karena sebelumnya sumber keilmuan terpusat dari guru, ustad, dan kiai. Beda dengan pesantren modern atau salaf modern yang memiliki program karya ilmiah yang terstandar nasional dan internasional.

Jika Siaga Jiwa dimaknai dengan kesiapan secara akhlak, maka mahasantri menitikberatkan akhlak mengahadapi globalisasi. Siaga Raga pun sama, pemikiran dan tindakan dapat berkolaborasi bahkan siap bersaing dengan para globalis, sekuleris, kapitalis, dan kaum-kaum lain yang bertentangan dengan kultur santri.

Embel-embel Santri menjadi landasan jiwa dan raga dalam menyikapi mereka. Pasalnya, negeri ini terbentuk dari kultur dan jiwa raga para santri yang mendedikasikan diri tanpa pujian atau pengakuan.

Santri dan Mahasantri saat ini fokus menyongsong 1 abad NU. Karena itu ada program bagi Mahasantri untuk  menempuh pendidikan hingga Strata 3. Tak sedikit pula yang menempuh pendidikan di luar negeri dengan berbagai macam kompetensi dengan standarisasi global.

Hari Santri dengan berbagai macam tema menjadi moment untuk mendorong dan menyemangati santri dan mahasantri berkiprah dalam berbagai hal. Ada ungkapan dari Lesbumi NU Sidoarjo yakni Mewarnai Dakwah Islam Nusantara yang berarti ada banyak warna dalam menerapkan Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah di Nusantara.

Warna-warna itu merupakan potensi dan kompetensi yang juga jadi strategi mempertahankan bahkan mengembalikan kultur yang sempat terdisrupsi. Kultur yang semakin terancam menuju keterhapusan oleh perkembangan zaman dan teknologi.

Dalam teori siklus yang dilansir dari buku Pengantar Ringkas Sosiologi (2020) karya Elly M. Setiadi yang menggambarkan bahwa perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar. Artinya, perputaran zaman tak dapat dielakkan.

Jika masyarakat mampu merespon tantangan kehidupan dan mampu menyesuaikan diri maka masyarakat itu mengalami perkembangan dan kemajuan. Dan bisa juga sebaliknya.

Para santri telah mengalami berbagai macam pergolakan. Pra perjuangan, proses perjuangan, dan pasca perjuangan yang dilewati dengan selalu menjaga karakter dan jati diri santri.

Saat ini, santri tak cukup dilabeli dengan nama Santri saja. Pasalnya, mereka bertransformasi dan meng-upgrade dirinya dengan label mahasantri, karena memiliki kemampuan lebih dari kemampuan santri biasa. Dengan mulai berkultur riset yang mengarah pada kemandirian ekonomi dengan nama riset preneur namun tetap memiliki spirit religius.

Selamat Hari Santri dan Mahasantri

Shinta Novitasari

Mendapati makna Hari Santri tahun ini yakni Santri Siaga Jiwa Raga sempat terbesit kebingungan dalam pikiran. Pasalnya, tema itu lebih cocok digunakan untuk suasana atau kondisi peperangan atau kegentingan.

Namun, usai membaca makna sebenarnya yang dilansir dari berbagai pemberitaan ternyata tidak seperti yang saya perkirakan. Ada makna mendalam yang disematkan kepada santri dari tema tersebut.

Dari prespektif perguruan tinggi NU yang mahasiswanya dianalogikan sebagai mahasantri diperlukan penegasan paradigma, karena mahasantri dituntut tidak hanya akhlak mulia tetapi juga ada tuntutan berfikir ilmiah, logis, dan mengedepankan proses pembuktian yang masuk akal berupa riset.

Mahasantri dari pondok pesantren salaf yang belum sempat melakukan penelitian, butuh effort serius karena sebelumnya sumber keilmuan terpusat dari guru, ustad, dan kiai. Beda dengan pesantren modern atau salaf modern yang memiliki program karya ilmiah yang terstandar nasional dan internasional.

Jika Siaga Jiwa dimaknai dengan kesiapan secara akhlak, maka mahasantri menitikberatkan akhlak mengahadapi globalisasi. Siaga Raga pun sama, pemikiran dan tindakan dapat berkolaborasi bahkan siap bersaing dengan para globalis, sekuleris, kapitalis, dan kaum-kaum lain yang bertentangan dengan kultur santri.

Embel-embel Santri menjadi landasan jiwa dan raga dalam menyikapi mereka. Pasalnya, negeri ini terbentuk dari kultur dan jiwa raga para santri yang mendedikasikan diri tanpa pujian atau pengakuan.

Santri dan Mahasantri saat ini fokus menyongsong 1 abad NU. Karena itu ada program bagi Mahasantri untuk  menempuh pendidikan hingga Strata 3. Tak sedikit pula yang menempuh pendidikan di luar negeri dengan berbagai macam kompetensi dengan standarisasi global.

Hari Santri dengan berbagai macam tema menjadi moment untuk mendorong dan menyemangati santri dan mahasantri berkiprah dalam berbagai hal. Ada ungkapan dari Lesbumi NU Sidoarjo yakni Mewarnai Dakwah Islam Nusantara yang berarti ada banyak warna dalam menerapkan Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah di Nusantara.

Warna-warna itu merupakan potensi dan kompetensi yang juga jadi strategi mempertahankan bahkan mengembalikan kultur yang sempat terdisrupsi. Kultur yang semakin terancam menuju keterhapusan oleh perkembangan zaman dan teknologi.

Dalam teori siklus yang dilansir dari buku Pengantar Ringkas Sosiologi (2020) karya Elly M. Setiadi yang menggambarkan bahwa perubahan sosial bagaikan roda yang sedang berputar. Artinya, perputaran zaman tak dapat dielakkan.

Jika masyarakat mampu merespon tantangan kehidupan dan mampu menyesuaikan diri maka masyarakat itu mengalami perkembangan dan kemajuan. Dan bisa juga sebaliknya.

Para santri telah mengalami berbagai macam pergolakan. Pra perjuangan, proses perjuangan, dan pasca perjuangan yang dilewati dengan selalu menjaga karakter dan jati diri santri.

Saat ini, santri tak cukup dilabeli dengan nama Santri saja. Pasalnya, mereka bertransformasi dan meng-upgrade dirinya dengan label mahasantri, karena memiliki kemampuan lebih dari kemampuan santri biasa. Dengan mulai berkultur riset yang mengarah pada kemandirian ekonomi dengan nama riset preneur namun tetap memiliki spirit religius.

DKV Kenduren di Cafe

Pameran Visualistation kembali digelar program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas NU Sidoarjo (Unusida). Bertempat di Dimithree Cafe Kavling DPR Sidoarjo kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari, 25 hingga 26 September 2021.

Ketua Himpunan Mahasiswa DKV Ari Miftakhusidki menuturkan bahwa pameran itu merupakan yang ke-7 kalinya. “Ini kegiatan rutin akhir semester kami,” tuturnya.

Ada beragam karya yang ditampilkan di Visualistation 7 kali ini. Di antaranya sketsa, animasi, motion graphic, UI dan UX Design, Illustrasi, fotografi, nirmana, dan tipografi.

Tercatat ada sekitar 50 karya yang sudah melewati tahap kurasi oleh dosen kemudian  dipamerkan di Visualistation.

Pameran kali ini, lanjut Ari, mengambil Tema Kenduren, yang berarti berkumpulnya banyak orang yang saling berinteraksi dan menjalin harmonisasi serta mempunyai harapan yang sama.

Sementara itu ketua pelaksana Rama Lazuardi menambahkan, Visualistation kali ini tidak hanya menampilkan karya tapi juga menjalin hubungan dengan lembaga kurator dan seniman Jawa Timur bernama Biennale.

Pada kesempatan tersebut, mereka juga turut mensosialisasikan program gelaran pameran yang akan dilaksanakan.

Rama berharap ada jalin kerja sama antara DKV dengan Biennale supaya bisa menggugah semangat berkesenian mahasiswa dan mendorong usaha kreatif yang ada di Sidoarjo.

Menurut Ketua Program Studi DKV Putra Uji Deva Satrio bahwa masa pandemi mendorong manusia untuk berfikir kreatif. Supaya bisa tetap survive selama masa pandemi.

“Meski mengalami banyak rintangan, membuat event yang kami bikin semakin lebih baik,” pungkas Satrio. (Yoga)

DKV Kenduren di Cafe

Pameran Visualistation kembali digelar program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas NU Sidoarjo (Unusida). Bertempat di Dimithree Cafe Kavling DPR Sidoarjo kegiatan tersebut berlangsung selama 2 hari, 25 hingga 26 September 2021.

Ketua Himpunan Mahasiswa DKV Ari Miftakhusidki menuturkan bahwa pameran itu merupakan yang ke-7 kalinya. “Ini kegiatan rutin akhir semester kami,” tuturnya.

Ada beragam karya yang ditampilkan di Visualistation 7 kali ini. Di antaranya sketsa, animasi, motion graphic, UI dan UX Design, Illustrasi, fotografi, nirmana, dan tipografi.

Tercatat ada sekitar 50 karya yang sudah melewati tahap kurasi oleh dosen kemudian  dipamerkan di Visualistation.

Pameran kali ini, lanjut Ari, mengambil Tema Kenduren, yang berarti berkumpulnya banyak orang yang saling berinteraksi dan menjalin harmonisasi serta mempunyai harapan yang sama.

Sementara itu ketua pelaksana Rama Lazuardi menambahkan, Visualistation kali ini tidak hanya menampilkan karya tapi juga menjalin hubungan dengan lembaga kurator dan seniman Jawa Timur bernama Biennale.

Pada kesempatan tersebut, mereka juga turut mensosialisasikan program gelaran pameran yang akan dilaksanakan.

Rama berharap ada jalin kerja sama antara DKV dengan Biennale supaya bisa menggugah semangat berkesenian mahasiswa dan mendorong usaha kreatif yang ada di Sidoarjo.

Menurut Ketua Program Studi DKV Putra Uji Deva Satrio bahwa masa pandemi mendorong manusia untuk berfikir kreatif. Supaya bisa tetap survive selama masa pandemi.

“Meski mengalami banyak rintangan, membuat event yang kami bikin semakin lebih baik,” pungkas Satrio. (Yoga)

Komunitas Dorong Keinginan Berkuliah

Mega Firdaus

Pendidikan tinggi berperan untuk mengakselerasi kualitas kehidupan negara, bangsa, dan masyarakat. Institusi pendidikan tinggi menjalankan misi Tridharma Pendidikan Tinggi yang meliputi penelitian, pendidikan, dan pengabdian kepada masyarakat untuk mencapai tujuan pendidikan. Eksistensi pendidikan tinggi diharapkan dapat mengembangkan potensi mahasiswa menjadi manusia yang berilmu, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi signifikan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yaitu 14,92% dari PDB Nasional. Tetapi propinsi Jawa Timur menghadapi permasalahan dalam bidang pendidikan. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan bahwa ada masalah rendahnya jumlah peserta didik Jawa Timur yang meneruskan studi dari strata menengah atas ke strata pendidikan tinggi.

Hanya sekitar 20 persen lulusan SMK dan 32,3 persen lulusan SMA yang meneruskan studi ke jenjang pendidikan tinggi. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi di Jawa Timur pada tahun 2020 sebesar 29,52 persen.

Rendahnya APK pendidikan tinggi di Propinsi Jawa Timur berimplikasi merugikan daerah dan kerugian secara nasional. Karena berimplikasi terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Propinsi Jawa Timur yang berada pada peringkat ke-15 dari 32 propinsi di Indonesia.

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Daerah telah melakukan beberapa upaya kebijakan, program, dan fasilitas untuk meningkatkan APK pendidikan tinggi di nusantara termasuk di Provinsi Jawa Timur. Namun, upaya pemerintah tersebut dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan APK perguruan tinggi.

Siswa Indonesia Ayo Pergi Kuliah atau disingkat dengan SIAP KULIAH merupakan gerakan perubahan sosial berbasis komunitas untuk mentransformasikan pola pikir peserta didik dan lingkungan di Provinsi Jawa Timur agar berkemauan dan tergerak untuk kuliah. SIAP KULIAH menggunakan metode Root Cause Analysis (RCA) untuk mengidentifikasi apa saja penyebab utama kasus siswa SMA sederajat tidak melanjutkan studi ke pendidikan tinggi.

Hasil studi literature memperlihatkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa tidak melanjutkan edukasi ke jenjang pendidikan tinggi yaitu faktor ekonomi, lingkungan, keinginan langsung bekerja, dan pandangan negatif bagi lulusan perguruan tinggi.

SIAP Kuliah menerapkan dua teknik NLP yaitu teknik afirmasi diri dan teknik visualisasi diri. SIAP Kuliah juga bekerjasama dengan berbagai elemen mitra menggunakan konsep Pentahelix Stakeholder.

Gerakan perubahan sosial berbasis komunitas itu bertujuan untuk mentransformasi pola pikir siswa di Propinsi Jawa Timur agar berkemauan untuk kuliah. Sehingga, tujuan pendidikan untuk memajukan dan mensejahterahkan bangsa Indonesia dapat tercapai.

Gerakan tersebut dirasa mudah dilakukan karena menjangkau masyarakat komunitas yang terbatas jumlah dan luasnya. Selain itu terbuka untuk memberi penjelasan secara interpersonal tentang manfaat dan peluang lulusan perguruan tinggi.

Penulis adalah peraih Terbaik Jawa Timur Pilmapres 2021

Ana Christanti Bekali KKG ANBK

Jelang dilaksanakannya Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) Kelompok Kerja Guru (KKG) Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Candi menggelar webinar sarasehan pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM).

Kegiatan tersebut melibatkan dosen Universitas NU Sidoarjo (Unusida) Ana Christanti sebagai pemateri. Dosen itu berasal dari program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Ana menjelaskan, sebelum menjalankan ANBK dan AKM guru-guru harus diberikan wawasan atau pengetahuan tentang konsep asesmen nasional. “Jelang ANBK guru harus memahami berbagi hal tentang itu,” jelasnya, Sabtu, 2 Oktober 2021 di kampus Unusida.

Kegiatan yang bertema Peran Guru dalam Menyiapkan Asesmen Kompetensi Minimum itu diikuti sekitar 50 guru-guru naungan KKG Candi. Kegiatan tersebut jadi bagian dalam program upgrading kompetensi keguruan di Ma’arif NU Candi.

FKIP dan Ma’arif NU Sidoarjo telah menjalin kerja sama dalam bidang peningkatan kompetensi keguruan. Kegiatan kongkritnya berupa pelatihan dan pendamping materi pembelajaran di sekolah-sekolah.

Ingin Ciptakan Industri Game di Sidoarjo, Filkom Unusida Gelar Workshop Gratis

Dalam rangka menciptakan iklim industri software atau aplikasi game di Sidoarjo dan Jawa Timur Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar workshop Cara Mudah Membuat Game Pertamamu dalam Waktu 2 Jam.

Pemateri workshop yang juga dosen Unusida Arda Surya Aditya menjelaskan, keinginan Sidoarjo menjadi smart city harus ditunjang dengan penciptaan peluang usaha dalam bidang teknologi. Salah satunya dengan memperbanyak pelatihan-pelatihan.

“Kemarin itu diarahkan untuk pembuatan game, supaya warga atau anak-anak Sidoarjo ada yang bisa menciptakan  game yang kemudian dijual,” jelas Arda, Sabtu 2 Oktober 2021 di kampus Unusida.

Dalam workshop tersebut para peserta diajarkan cara membuat game Angry Bird dengan menggunakan aplikasi Construct 2. Para pesertanya pun diwajibkan menyelesaikan game dalam waktu 2 jam.

Workshop kali ini dilaksanakan secara online dan menariknya tak sedikit peserta dari berbagai daerah. Mereka juga tidak terbatas usia dan profesinya. “Ada mahasiswa, dosen, pekerja swasta, anak sekolah, dan lain-lain,” pungkas Arda.

Kagiatan semacam itu merupakan agenda rutin fakutas yang juga jadi bagian dalam program pengabdian kepada masyarakat. Dalam 1 tahun dilaksanakan 5 kali dan tidak dipungut biaya. Pasalnya, pihak fakultas ingin menampung dan mengembangkan potensi dan passion masyarakat terutama generasi muda dalam memanfaatkan perangkat elektronik untuk kegiatan yang lebih bermanfaat.