Tim Mahasiswa Unusida yang meraih Medali Perak (Silver Medal) dalam ajang Internasional Young Moslem Inventor Award (IYMIA) 2024 (Foto: Humas Unusida)

Mahasiswa Unusida Raih Silver Medal dalam Ajang IYMIA 2024

Di awal tahun 2024, mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) kembali meraih prestasi dalam ajang Internasional. Kali ini mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Filkom) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) meraih Medali Perak (Silver Medal) dalam ajang Internasional Young Moslem Inventor Award (IYMIA) 2024 yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) di Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis-Ahad (11-14/01/2024).

Kompetisi tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai negara di antaranya Indonesia, Thailand, Afrika, Arab Saudi dan sebagainya. Adapun tim mahasiswa Unusida terdiri dari Bonang Ramadhani Hidayatullah (Teknik Informatika), Muhammad Af Rizal Mumtaz (Sistem Informasi), Yunia Nuri Hidayah (PGSD), Ahmad Yauman Syifa (DKV), dan Aisyah Adawiyah (PBI).

Dosen Pembimbing, Arda Surya Edtya mengungkapkan, selama ini ia sudah membidik perlombaan ajang Internasional yang sesuai dengan Unusida sebagai kampus islami.

Oleh karena itu, ia mengarahkan mahasiswa untuk dapat menyajikan sistem media pembelajaran Al-Qur’an inovatif yang memanfaatkan secara mendalam pembelajaran dan integrasi audio. Aplikasi MUMTAZ ini dapat menjadi media pendidikan untuk mengajar dan membantu siapa pun untuk menghafal dan mempelajari Al-Quran.

“Peran saya sebagai dosen pembimbing adalah pengembangan aplikasi MUMTAZ serta menyiapkan mahasiswa dalam mempresentasikan projek tersebut. Tentunya harus selalu belajar kembangkan networking and break your limit keluar dari zona nyaman kalian,” ujarnya, Rabu (17/01/2024).

Kepala Program Studi (Kaprodi) Teknik Informatika tersebut sangat mengapresiasi potensi mahasiswa dalam mengaplikasikan materi yang sudah dipelajari. Meskipun sempat kesulitan dalam mengumpulkan peserta yang memiliki Prodi yang berbeda yang membuat penyamaan persepsi jadi lebih menantang.

“Cerita menarik dalam pengembangan aplikasi MUMTAZ ini adalah ketika dalam pengambilan data untuk data training model deep learning pada aplikasi MUMTAZ dimana kami kesulitan dalam mencari role model dalam pembuatan data set dan juga ketika dalam proses pembuatan presentasi. Akan tetapi, alhamdulillah mahasiswa dapat mengerti dan mengeksekusinya dengan baik,” tandasnya.

Ketua tim, Bonang Ramadhani Hidayatullah menjelaskan ia dan tim membuat aplikasi yang mirip dengan aplikasi Al-Qur’an online, dengan menggunakan model deep learning yang dapat membantu siapapun dalam mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.

Melalui fitur scan audio tersebut diharapkan dapat membuat penilaian yang lebih akurat dalam menilai kefasihan tajwid sehingga dapat membantu evaluasi lansiran Al-Quran yang dibaca oleh pengguna.

“Aplikasi ini menggunakan metode deep learning untuk menilai kefasihan tajwid dan tanda baca. Sehingga dapat membantu bagi yang mau mempelajari maupun menghafal Al Qur’an,” jelasnya.

Aplikasi MUMTAZ ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi seluler untuk membantu siapa pun melakukannya menghafal Al-Qur’an dengan metode termudah dan menyenangkan. Yang dapat memberikan manfaat seperti mempermudah bacaan, kefasihan membaca tajwid, memperbaiki bacaan, dan membantu daya ingat hafalan.

Dalam sistem aplikasi MUMTAZ juga dilengkapi dengan banyak menu untuk membantu pengguna lebih banyak belajar tentang Alquran. Secara umum aplikasi ini mempunyai 5 menu seperti Al-Qur’an digital, E-book tajwid, waktu salat, evaluasi lantunan Al-Qur’an, serta tips menghafal Al-Qur’an.

Melalui survey uji coba yang sudah dilakukan, ia menyebutkan dari 30 responden diperoleh 72% menjawab sangat membantu dan menghibur, 16% menjawab aplikasi Mumtaz cukup membantu dan menghibur, dan 12% menjawab bahwa aplikasi MUMTAZ berfungsi normal.

Kecepatan dalam menilai dari tingkat akurasi tajwid dan titik letak kesalahan saat membaca menjadi keunggulan dari aplikasi tersebut. Sehingga ketika orang yang belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an dapat lebih memperhatikan makhorijul huruf, tajwid, dan kelancaran.

“Memang saat ini masih dalam tahap pengembangan, jadi isinya masih surat pendek saja. Perlu dikembangkan lagi sebelum digunakan oleh banyak orang,” katanya.

Bonang mengungkapkan, ia dan tim baru pertama kali membuat project dengan audio deep learning. Akan tetapi terdapat mata kuliah Teknik Informatika dan Sistem Informasi yang menjadi acuan bagi untuk menyelesaikan aplikasi MUMTAZ yang dirancang.

“Kami sempat mengalami kesulitan karena metode deep learning sebab jauh lebih susah karena menggunakan coding dengan sistem algoritma cukup rumit. Alhamdulillah dengan tim yang terdiri dari lintas prodi dapat saling melengkapi sehingga aplikasi MUMTAZ dapat selesai,” ungkapnya.

Sementara itu, anggota tim Muhammad Af Rizal Mumtaz merasa sangat bangga karena dapat memperoleh medali. Yang awalnya tidak sempat berpikir untuk juara, hanya berusaha memaksimalkan segala sesuatu untuk mendapatkan pengalaman.

“Motivasi kami adalah tidak mau mengecewakan dosen pembimbing, jadi kami selalu mencoba fokus dan selalu maksimalkan setiap tahap, mulai dari persiapan hingga presentasi di depan juri,” pungkasnya.

 

(my)