Pos

Dosen PGSD UNUSIDA, Achmad Wahyudi, S.Pd.I., M.Pd. (Foto: Humas UNUSIDA)

Refleksi HUT RI Ke-80: Dosen UNUSIDA Ajak Meneladani Sikap Keberanian dan Keikhlasan Para Pendiri Bangsa

SIDOARJO – Delapan puluh tahun lalu, para pendiri bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia dengan keberanian dan keikhlasan yang luar biasa. Mereka tidak hanya bermimpi, tetapi bertindak untuk membangun fondasi kokoh yang kita pijak hingga hari ini.

Dalam momentum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia yang mengusung tema ‘Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju’, Dosen PGSD Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA), Achmad Wahyudi, S.Pd.I., M.Pd. mengajak seluruh masyarakat untuk kembali meneladani keberanian dan keikhlasan luar biasa para pendiri bangsa.

Menurutnya, proklamasi kemerdekaan yang digaungkan pada 17 Agustus 1945 bukanlah hasil proses yang mudah atau instan. Melainkan buah dari perjuangan panjang, pengorbanan, dan keikhlasan para pejuang yang mempertaruhkan segalanya untuk bangsa.

“Para pendiri bangsa bukan hanya berani bermimpi tentang Indonesia merdeka, tetapi juga berani mengambil risiko, meninggalkan kenyamanan, dan bertindak dengan penuh keikhlasan demi mewujudkan cita-cita tersebut,” ujarnya kepada Humas UNUSIDA, Ahad (17/8/2025).

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) UNUSIDA tersebut, menekankan bahwa di tengah euforia perayaan HUT RI ke-80 ini, masyarakat sepatutnya merenungkan apakah semangat keberanian dan keikhlasan itu masih tertanam dalam diri kita sebagai generasi penerus bangsa.

Ia menyampaikan bahwa keberanian hari ini bukan lagi mengangkat senjata, tetapi keberanian untuk bersikap jujur, untuk menjaga integritas, membela kebenaran, dan mengambil peran nyata dalam menjaga persatuan bangsa. Begitu pula keikhlasan tidak lagi berarti berperang secara fisik, tetapi lebih pada kesediaan untuk melayani masyarakat, peduli pada sesama, dan menjaga bumi pertiwi sebagai wujud cinta tanah air.

“Kemerdekaan akan kehilangan maknanya jika kita terjebak pada kepentingan pribadi dan enggan berkorban untuk kepentingan bersama,” tegasnya.

Lebih lanjut, Wahyudi menyampaikan bahwa HUT RI ke-80 harus menjadi alarm kesadaran bersama. Ia menjelaskan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika setiap warga negara mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab, tidak hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap lingkungan.

Sayangnya, pembangunan selama ini seringkali mengorbankan kelestarian alam. Sungai-sungai tercemar dan udara tidak lagi sebersih dahulu. Ini menjadi ironi di tengah kebebasan yang kita nikmati. Lebih dari 60% sungai di Indonesia tercemar (KLHK, 2024) yang mayoritas pencemaran berasal dari limbah domestik dan industri. Tak hanya itu, dalam survei LIPI (2023) menunjukkan hanya 43% responden yang secara rutin terlibat dalam kegiatan sosial atau gotong royong di lingkungannya.

Oleh karena itu, peringatan HUT RI ke-80 harus menjadi momentum untuk menumbuhkan kembali kesadaran merawat semesta. Bumi pertiwi bukanlah warisan yang dapat dihabiskan, melainkan amanah bersama yang wajib dijaga dan diwariskan dalam keadaan baik kepada anak cucu.

Wahyudi yang juga Ketua Tanfidziyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Kedungsumur, Kecamatan Krembung tersebut, menegaskan bahwa nilai-nilai kemerdekaan sangat relevan dengan kiprah NU yang secara konsisten merawat semesta dan peduli sesama melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat.

Seperti Gerakan NU Berdaya Kedungsumur Sejahtera misalnya, menjadi representasi nyata dari bagaimana semangat keberanian dan keikhlasan diwujudkan dalam konteks kekinian melalui gerakan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dalam konteks ini, gerakan NU Berdaya Kedungsumur Sejahtera yang ia terapkan di tengah masyarakat menjadi contoh konkret bagaimana semangat kemerdekaan diterjemahkan dalam tindakan nyata.

Gerakan ini tidak hanya menekankan aspek keagamaan, sosial, dan ekonomi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan dan memperkuat persatuan sosial. Menjaga lahan pertanian, mengelola sampah secara kolektif, serta melestarikan sumber daya alam desa merupakan bagian dari upaya merawat semesta.

Ia mengatakan bahwa peringatan HUT RI ke-80 bukan hanya perayaan tahunan, tetapi juga panggilan untuk terus peduli terhadap sesama dan menjaga alam yang telah memberi kehidupan.

“Mari jadikan peringatan kemerdekaan ini sebagai kesempatan untuk bertanya: apakah kita sudah menjadi bagian dari solusi, atau justru bagian dari masalah? Dirgahayu Republik Indonesia. Semoga negeri ini semakin lestari dan masyarakatnya semakin sejahtera,” pungkasnya. (MY)