Kelompok 25 KKN UNUSIDA Inisiasi Pelatihan MC 3 Bahasa, Latih Kepercayaan Diri Santri
SIDOARJO – Mahasiswa Kelompok 25 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) menginisiasi Pelatihan MC 3 Bahasa bagi santri di Pondok Pesantren Burhanul Hidayah, Krembung, Sidoarjo. Kegiatan yang mengusung tema ‘Berbicara Percaya Diri, Menginspirasi dengan 3 Bahasa’ di pusatkan di di Gedung Pertemuan Pondok Pesantren Burhanul Hidayah, Krembung, Sidoarjo, Ahad (24/8/2025).
Ketua kelompok 25 KKN UNUSIDA, Moch. Bahaauddin Al Hasany menjelaskan, kegiatan ini bertujuan melatih kepercayaan diri para santri, memberikan bekal keterampilan public speaking, sekaligus mempersiapkan mereka untuk terjun di masyarakat.
“Dengan adanya pelatihan ini, para santri diharapkan mampu tampil percaya diri, komunikatif, dan adaptif dalam berbagai forum, sehingga siap menjadi generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga mampu menyampaikan gagasan dengan penuh wibawa,” jelasnya.
Keunikan pelatihan ini terletak pada penggunaan tiga bahasa, yaitu Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang memperkuat identitas kebangsaan, Bahasa Arab sebagai bahasa keilmuan dan tradisi pesantren, serta Bahasa Jawa sebagai sarana komunikasi sehari-hari di tengah masyarakat. Perpaduan ini menjadikan para santri tidak hanya piawai berbicara di panggung, tetapi juga luwes menyesuaikan diri dengan berbagai audiens.
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk talkshow interaktif, Arina Rahmatika yang juga merupakan anggota Kelompok 25 KKN UNUSIDA menyampaikan materi seputar pentingnya peran seorang MC dalam keberhasilan sebuah acara. Peserta diajak memahami teori sekaligus praktik langsung, mulai dari teknik membuka acara, menjaga suasana, hingga menutup acara dengan baik.
“Merasakan dampaknya sangat penting, karena MC tidak sekadar memberi aba-aba jalannya acara, melainkan menjadi kunci suksesnya sebuah kegiatan,” ungkapnya.
Pelatihan ini diikuti belasan santri senior Pondok Pesantren Burhanul Hidayah dengan antusias tinggi. Para peserta tampak aktif berlatih, berdiskusi, serta mencoba berbicara dalam tiga bahasa berbeda.
“Semoga program ini dapat membangkitkan potensi para santri, sehingga kepercayaan diri mereka semakin terasah dan bisa memberi manfaat lebih luas,” harapnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu mencetak generasi santri yang percaya diri, komunikatif, serta mampu menularkan ilmunya kepada adik kelas. Dengan begitu, budaya public speaking yang sehat, inspiratif, dan multibahasa dapat terus berkembang baik di lingkungan pesantren maupun di masyarakat luas.
Penulis: Lailatus Saadah (MY)









