Tiga Tim Mahasiswa UNUSIDA Lolos Pendanaan P2MW 2025: Inovasi Wirausaha Sosial dan Kreatif Berbasis Kearifan Lokal
Sidoarjo – Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (UNUSIDA) kembali menorehkan prestasi gemilang dalam dunia kewirausahaan mahasiswa. Tiga tim dari UNUSIDA berhasil lolos dan mendapatkan pendanaan dalam ajang bergengsi Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) 2025, yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia.
Ketiga tim tersebut berasal dari dua program studi, yaitu: Dua tim dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Satu tim dari Program Studi Manajemen. Tim pertama bersama dosen pembimbing, Mohammad Setyo Wardono, S.Pd., M.Pd, yang diketuai oleh Bahtiar Fuadi, mengusung judul ‘Local Wisdom Academy: Bimbingan Belajar Kreatif untuk Anak Marjinal’.
Sedangan tim kedua bersama dosen pembimbing Fajar Nur Yasin, S.Pd., M.Pd, yang diketuai oleh Ahmad Rofiun Nizar, mengusung judul ‘EcoCraft by Craft House Inovasi Kerajinan Estetik dan Fungsional Berbasis Limbah Kertas Nasi Stik dan Sendok Menuju Ekonomi Kreatif Berkelanjutan’, dan tim ketiga bersama dosen pembimbing Jeziano Rizkita Boyas, S.E., M.M, yang diketuai oleh Ahmad Bakhrul Ulum dengan mengusung judul ‘Ahmad Cathouse Solusi Breeding Kucing Ras Berkualitas Bebas Bau dan Ideal untuk Keluarga’.
Rektor UNUSIDA, Dr. H. Fatkul Anam, M.Si, menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas capaian ini. Keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa UNUSIDA tidak hanya unggul dalam bidang akademik, tetapi juga memiliki semangat inovasi, jiwa sosial, dan potensi wirausaha yang kuat, terutama dalam menciptakan solusi atas berbagai persoalan di masyarakat.
“P2MW adalah ajang yang tidak hanya melatih kemampuan berwirausaha mahasiswa, tetapi juga melatih kepekaan sosial, daya inovasi, dan keberanian mengambil peran di tengah masyarakat. Kami bangga, mahasiswa UNUSIDA mampu bersaing di tingkat nasional dan menunjukkan bahwa mereka siap membawa perubahan,” ungkapnya.
Salah satu ketua tim, Bahtiar Fuadi menjelaskan, ia dan tim mengusung konsep wirausaha sosial berbasis pendidikan yang mengintegrasikan kearifan lokal sebagai pendekatan pembelajaran alternatif dan inklusif. Program ini ditujukan secara khusus kepada anak-anak marjinal yang selama ini kerap terpinggirkan dalam sistem pendidikan formal.
Program ini fokus pada pelestarian budaya lokal melalui metode bimbingan belajar yang ramah anak dan inklusif, ditujukan bagi anak-anak dari kelompok marjinal. Dengan pendekatan berbasis kearifan lokal, tim ini berusaha memberikan akses pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau sambil menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda.
“Local Wisdom Academy lahir dari keprihatinan terhadap hilangnya nilai-nilai kearifan lokal di kalangan anak-anak, terutama di era modern yang didominasi oleh gadget dan teknologi. Anak-anak sekarang lebih mengenal game online daripada permainan tradisional atau budaya lokal. Kami ingin menghidupkan kembali warisan budaya tersebut sambil memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak yang kurang beruntung,” jelasnya, Rabu (30/7/2025).
Program ini tidak hanya menyediakan bimbingan akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya lokal melalui metode kreatif, seperti permainan tradisional, eksplorasi lingkungan, dan diskusi kelompok. Pendekatan ini diharapkan mampu membentuk karakter sekaligus memperkuat identitas budaya peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, Local Wisdom Academy dirancang agar bisa berkelanjutan melalui beberapa strategi kewirausahaan, seperti membuka kelas berbayar untuk siswa umum (subsidi silang), menjual modul pembelajaran berbasis kearifan lokal, hingga menjalin kerja sama dengan lembaga CSR dan pemerintah daerah.
Secara sosial, inisiatif ini ingin menghapus stigma diskriminatif terhadap anak-anak marjinal. “Kami percaya bahwa semua anak berhak atas pendidikan yang setara, meskipun di luar sistem formal. Maka dari itu, kami hadir dengan biaya yang sangat terjangkau dan pendekatan yang ramah terhadap realitas mereka,” tambahnya.
Tim Local Wisdom Academy menyadari tantangan besar dalam menjalankan program ini, mulai dari keterbatasan sumber daya manusia, rendahnya minat anak terhadap budaya lokal, hingga kesulitan dalam merancang modul yang relevan dengan kurikulum. Namun, tim ini sudah menyusun timeline kegiatan secara rinci, sistem monitoring dan evaluasi berkala, serta menjalin komunikasi intensif antaranggota untuk memastikan keberhasilan program.
Sebagai bentuk dukungan terhadap mahasiswa wirausaha sosial, tim ini juga menyampaikan harapan kepada UNUSIDA agar semakin memperkuat kemitraan dengan komunitas lokal, UMKM, dan sektor swasta. Selain itu, dukungan pembiayaan juga menjadi aspek penting agar mahasiswa dapat terus mengembangkan inovasi sosial.
“Kami berharap UNUSIDA bisa menjadi jembatan yang menghubungkan mahasiswa dengan akses pendanaan, CSR, dan lembaga sosial yang relevan. Karena wirausaha sosial seperti kami juga membutuhkan keberpihakan dan dorongan konkret dari institusi,” pungkasnya. (MY)










