Tim PKM Unusida Beri Pendampingan Pengelolaan Sampah Desa Tulangan

Proses kegiatan pendampingan.

Sampah jadi masalah serius di Indonesia, dan bahkan di dunia. Diperkirakan volume sampah yang dihasilkan oleh manusia rata-rata sekitar 0,5 kg perkapita perhari. Dari data SNI 19-3983-1995 tentang spesifikasi timbunan sampah untuk kota kecil dan sedang sebesar 0,3kg/orang/hari.

Menyikapi hal itu Universitas NU Sidoarjo (Unusida) menggelar Program Kemitraan Masyarakat (PKM) berupa pengelolaan sampah yang bertempat di Desa Tulangan, Kecamatan Tulangan. Kegiatan berlangsung bertahap, yakni dilakukan pada tanggal 8 dan 18 Agustus 2020. Kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi internal pada 23 Oktober 2020.

Dari data tim PKM Unusida yang diketuai Atik Widiyanti menunjukkan rata-rata penduduk Desa Tulangan menghasilkan sampah lebih dari 1.445,4 kg/hari, dihitung berdasarkan jumlah penduduk desa sebesar 4818 jiwa.

Untuk mengurangi dampak dari jumlah tersebut, tim Unusida memberikan pembinaan pengelolaan sampah kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Bumi Lestari. Kelompok tersebut merupakan pengelola Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) desa.

Atik Wijayanti menemukan bahwa dalam mengelola TPST desa, KSM Bumi Lestari masih mengalami kendala. Mereka pun masih menggunakan pola pengelolaan secara sederhana. Sehingga, timbunan sampah yang tidak terkelola semakin besar dan beresiko mencemari lingkungan, terutama air.

Karena itu, lanjut Atik, lindi atau air yang berasal dari timbunan sampah yang timbul di area sekitar TPST yang tidak terkontrol berdampak buruk bagi sumber air tanah di desa. “Lindi yang terserap tanah akan menjadi air tanah. Khawatirnya mencemari sumur warga,” lanjutnya.

Sementara itu dari aspek sarana prasarana dan teknologi, KSM juga belum memiliki manajemen berbasis teknologi untuk pengelolaan sampah. Adapun kekurangan lainnya, yakni mitra belum memiliki Alat Perlindungan Diri (APD) dan mitra belum memiliki peralatan pengolahan sampah organik.

Menanggapi permasalahan semacam itu tim Unusida melakukan beberapa pendampingan, antara lain: workshop dan pelatihan tentang layanan aplikasi informasi cloud computing untuk manajemen pengelolaan sampah; workshop tentang pengolahan lindi dan komposting; dan pendampingan penggunaan aplikasi informasi manajemen pengelolaan sampah.

Permasalahan lainnya yakni tidak terpilahnya sampah oleh masyarakat. Sesampai di TPST sampah campuran semakin banyak dan bertumpuk.
“Permasalahan sampah menjadi komplek ketika sampah bercampur. Sampah daun, sayur, kertas, plastik, seng, besi, aluminium, jarum suntik, obat-obatan, baterai, jika saling bercampur akan bereaksi dan membentuk senyawa yang lebih berbahaya,” ungkap Atik.

Dari pendampingan itu, saat ini TPST Desa Tulangan dapat melakukan tabulasi data sampah dan pengecekkan kondisi sampah secara aplikatif. Sehingga, model pengelolaan dapat ditentukan menyesuaikan kondisi sampah yang masuk.