Posts

Maulidia, Mahasiswi PGSD Unusida Ajarkan Mengaji hingga Kenalkan Canva saat PLP di Thailand

Mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Maulidia Nur Rachmah mengajarkan mengaji Al Qur’an bagi siswa-siswi di Sekolah Ban Yaning, Kecamatan Chuap, Kabupaten Cho Airong, Narathiwat, Thailand.

Hal tersebut yang diajarkan di sekolah tempatnya mengikuti program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional dalam kurun waktu 10 Januari-5 Februari 2024 di Nagara yang dijuluki Gajah Putih tersebut.

“Senang sekali dapat mengajarkan mengaji Al Qur’an bagi siswa-siswi di sekolah tempat saya mengikuti PLP di Thailand. Al Qur’an menjadi hal yang sangat penting dan harus diajarkan sejak dini kepada seorang anak,” ujarnya, Jum’at (15/03/2024).

Maulidia mengaku sempat mengalami kesulitan saat disuruh mengajar membaca Al Qur’an bagi siswa-siswi di Sekolah Ban Yaning. Sebab bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Melayu Pattani yang berbeda dengan Bahasa Melayu Malaysia.

“Juga kepenulisan huruf juga berbeda, seperti tulisan jawi tapi bagi mereka menjadi tulisan pego arab,” jelasnya.

Namun, seiring berjalannya waktu ia dapat berkomunikasi dengan baik dengan dibantu mahasiswa Thailand yang juga sedang PLP di sekolah yang sama. Maulidia juga tergabung dalam kelompok bersama 2 mahasiswi asal Lamongan selama PLP dan KKN Internasional di sekolah tersebut.

Selain mengajar mengaji, Maulidia juga mengenalkan Canva kepada siswa-siswi sebagai media pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Canva merupakan platform desain dan komunikasi visual yang banyak mendukung proses belajar mengajar di sekolah Indonesia. Ia berharap Canva juga dapat dikenal dan menjadi inovasi media pembelajaran baru bagi sekolah di Thailand.

“Sebelumnya, sekolah tempat saya PLP, belum mengenal Canva, cara penggunaan dan manfaatnya untuk belajar. Jadi tidak ada salahnya jika mengenalkan media pembelajaran visual dengan Canva bagi siswa-siswi di Thailand ini,” kata mahasiswi program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) angkatan 2021 tersebut.

Di wilayah Narathiwat kebutuhan akan teknologi seperti laptop dan komputer sangat memadai. Akan tetapi penggunaannya yang belum maksimal. “Seperti ketika saya menggunakan laptop dan mengetik dengan cepat, semua guru yang melihat sangat terkesima,” imbuhnya.

Menurutnya, budaya lingkungan sekolah di Thailand hampir sama dengan sekolah di Indonesia. Seperti pembiasaan sholat dhuha setiap pagi hingga kegiatan ekstrakurikuler di luar jam pelajaran untuk mengasah bakat dan membentuk karakter siswa dengan kegiatan di luar kelas.

“Secara pembiasaan untuk siswa-siswi di sekolah di Thailand dan Indonesia tidak jauh berbeda. Akan tetapi kedisiplinan dan ketertiban yang diterapkan dengan baik, hal tersebut yang membuat saya nyaman selama di sini,” ungkapnya.

Maulidia yang juga aktivis pramuka tidak canggung untuk menerapkan metode pembelajaran ekstrakurikuler dengan mengedepankan pembentukan kepribadian dan kecakapan siswa.

“Jadi, pembelajaran ekstrakurikuler sama kemas seperti kegiatan pramuka, seperti dengan lagu di sini senang di sana senang, hingga mengenalkan budaya Indonesia seperti pencak silat dan tari tradisional,” pungkasnya.

(my)

Mahasiswi Unusida, Elza Fiilmilla Sutejo (baju pink) saat PLP dan KKN Internasional di Todeng, Sung-Ai Padi, Narathiwat, Thailand. (Foto: Humas Unusida)

Elza Fiilmilla Sutejo, Mahasiswa PBI Unusida Kenalkan Budaya 5S Saat PLP di Thailand

Elza Fiilmilla Sutejo, seorang mahasiswi Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) angkatan 2021, mengenalkan budaya Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun (5S) Internasional di Ban Ai Batu School, Todeng, Sung-Ai Padi, Narathiwat, Thailand.

Elza menjelaskan, masyarakat di Kecamatan Todeng belum mengenal atau menerapkan sepenuhnya budaya 5S, baik di sekolah maupun di instansi tertentu. Oleh karena itu, ia memiliki inisiatif untuk mengenalkan budaya 5S di sekolah tempatnya menjalankan program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional di Negeri Gajah Putih tersebut.

“Alhamdulillah adaptasi pertama kali lancar dengan lingkungan sekolah, kemudian langsung diajak rapat pertama kali dan diberikan kesempatan menyampaikan gagasan. Saya pun mengenalkan budaya 5S yang sudah diterapkan di sekolah maupun instansi di Indonesia untuk juga dapat diterapkan di sekolah ini, dan mendapat sambutan sangat baik dari guru-guru di sana,” jelasnya, Kamis (14/03/2024).

Secara bahasa dan budaya, Elza mengaku tidak kesulitan dalam beradaptasi, sebab bahasa yang digunakan sehari-hari merupakan Bahasa Melayu Pattani yang mempunyai kemiripan dengan Bahasa Indonesia karena masih satu rumpun dengan Indonesia serta masyarakat sekitar yang juga mayoritas beragama Islam. Oleh karena itu, ia tidak mengalami kesulitan saat berkomunikasi atau menyampaikan pendapatnya.

Elza mencontohkan kebiasaannya dalam menerapkan budaya 5S, seperti senyum ketika berpapasan, permisi dan menunduk ketika bertemu dengan yang lebih tua, menyapa ketika di jalan, menyambut siswa-siswi ketika datang, hingga sopan santun ketika mengajar di kelas.

Menurutnya budaya 5S di sekolah dapat menguatkan karakter dan menjadikan semua warga sekolah untuk memiliki kepribadian yang baik. Selain itu, juga mengajarkan siswa untuk bersikap saling menghormati satu sama lain.

Melihat budaya 5S yang dijelaskan oleh Elza tersebut, kepala sekolah sangat menyambut baik dan menerapkannya di lingkungan sekolah dengan membuat poster besar di depan sekolah dan menyampaikan ke siswa-siswi saat apel pagi maupun di dalam kelas.

“Menurut kepala sekolah, itu budaya yang bagus dan sesuai dengan slogan sekolah yaitu bersapa dengan salam budayakan hidup secara islami,” ungkapnya.

Elza menceritakan kondisi lingkungan sekolah yang hampir sama dengan Indonesia. Seperti Sekolah Dasar (SD) pada umumnya, yang mana pembelajaran di dalamnya berisi pendidikan motorik yang dikemas dengan model belajar sambil bermain

Oleh karena itu, Elza sebagai pengajar Bahasa Inggris sangat mengutamakan kebutuhan siswa tanpa mengesampingkan Bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari, dan Bahasa Thai sebagai bahasa nasional bagi masyarakat di Thailand.

Elza mengaku sangat senang dengan siswa-siswi di Thailand yang sangat semangat dan disiplin dalam belajar. Sebagai seorang guru asing, ia mendapatkan sambutan hangat hingga merasa sangat dekat dengan siswa-siswi. Kedekatan tersebut yang menjadi semangat dan memudahkannya dalam proses belajar mengajar.

“Siswa-siswi di Thailand sangat suka dengan orang Indo, karena melihat di Sosial Media atau TV. Tak jarang ia mengenalkan budaya Indonesia, seperti mengenalkan Bahasa Jawa lewat lagu yang sudah dikenal melalui Media Sosial,” katanya.

Diketahui, Elza mengikuti program PLP dan KKN Internasional selama 1 bulan, dari 10 Januari sampai 5 Februari 2024. Ia satu kelompok dengan 2 mahasiswi dari STIS Nurul Qarnain Jember yang di tempatkan di sekolah tersebut.

(my)

Unusida Lepas 2 Mahasiswi FKIP untuk Program PLP dan KKN Tematik Internasional di Thailand

Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) melepaskan 2 mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang akan mengikuti Program Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Internasional Indonesia Thailand Tahun 2024. 2 mahasiswi tersebut akan menjalani PLP dan KKN Tematik selama 1 bulan, yaitu dari 9 Januari – 7 Februari 2024 yang ditempatkan di provinsi Songkhla, Thailand.

Dua mahasiswa tersebut yaitu, Maulidia Nur Rachmah dari program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Elza Fiilmilla Sutejo dari program studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) angkatan 2021. Kegiatan ini dinaungi oleh Universitas Islam Raden Rahmat (Unira) Malang yang juga menjalin kerja sama dengan 5 perguruan tinggi lain, salah satunya yaitu Unusida.

Rektor Unusida, Dr. H Fatkul Anam, M.Si menyampaikan kegiatan Internasional setiap tahun menjadi program yang sudah dirancang sejak lama. Akan tetapi belum bisa kita laksanakan rutin setiap tahun karena terbentuk beberapa regulasi pertukaran mahasiswa.

Ia mengungkapkan bahwa pihaknya selalu berusaha mencari celah prestasi yang dapat kita raih setiap tahunnya untuk meningkatkan sektor kelembagaan. Ia terinspirasi dari Universitas Nurul Jadid Probolinggo yang berada lebih di pelosok dari Unusida, akan tetapi memiliki prestasi pengabdian Internasional.

“Alhamdulillah tahun ini mahasiswa Unusida dapat kembali mengikuti program Internasional seperti ini adalah yang selalu kita harapkan. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita semua,” ujarnya saat Pelepasan mahasiswa peserta PLP dan KKN Tematik Internasional, di Gedung Unusida, Senin (08/01/2024).

Alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut berharap melalui partisipasi kalo ini dapat membuka jalan baru dalam mengembangkan dan mengenalkan Unusida di kancah Internasional. Dengan demikian program yang akan diikuti di Thailand dapat menambah poin akreditasi Unusida nantinya.

“Pesan saya, sebagai pionir mahasiswa cari pengalaman yang sebanyak-banyaknya baik budaya, kehidupan kemasyarakatan, dan keilmuan. Semoga dapat membuka jalan serta menjadi bekal untuk mahasiswa Unusida selanjutnya untuk belajar di luar negeri,” tuturnya.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Mu’awinatul Laili, M.Pd menjelaskan Provinsi Songkhla Thailand memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam. Jadi mahasiswa Unusida dapat mudah beradaptasi sehingga dapat mengabdikan diri, baik dari segi religi, keilmuan dan kehidupan sosial.

“Melalui program seperti ini mahasiswa dapat pengalaman langka yang sangat berharga, yaitu praktik mengajar di luar negeri. Selain itu juga dapat mempelajari budaya baru serta melakukan pengabdian masyarakat lainya,” jelasnya.

Kepala International Relation Office (IRO) Unusida, Masitah Novianti mengatakan, melalui program Internasional ini menjadi pembelajaran bagi Unusida untuk memperbaiki sistem pertukaran mahasiswa di dunia Internasional. Agar ke depan dapat membuka peluang kerja sama di bidang yang lainya.

“Kami berharap Fakultas dan Program Studi lain di Unusida juga memiliki inisiatif untuk melakukan kerja sama kegiatan internasional yang saat ini sudah terbuka. Tinggal bagaimana kita menyusun program-program yang akan kita tawarkan,” katanya.

Lebih lanjut, Dekan FKIP Unusida, Nurul Aini, S.Pd,. M.Pd menuturkan, dua mahasiswa ini menjadi mahasiswa yang sudah mengikuti seleksi di tingkat prodi dengan melihat keaktifan di kampus, yang juga baru saja menyelesaikan program kampus mengajar.

Ia menambahkan, mahasiswa yang terpilih tidak hanya menyelesaikan tugas PLP dan KKN semata. Tetapi juga mencari peluang, mendapatkan informasi untuk menjalin kerja sama lebih lanjut di bidang lainnya. Sehingga mahasiswa Unusida setiap tahun ada yang dapat berangkat ke luar negeri sehingga memiliki pengalaman di dunia Internasional.

“Kami ingin mempertahankan akreditasi baik dengan mengikuti kegiatan internasional, dan mau melakukan komunikasi secara intensif. Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang sangat mendukung kegiatan ini dari awal hingga pelepasan ini,” pungkasnya.

(my)